بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
Kisah Nabi Ismail Alaihissalam |
Sebelumnya saya akan memberikan muqodimah pendek, Adanya kesalahan kisah nabi Ismail diartikel ini karena bodohnya saya dalam mengambil sumber yang tidak shahih, kepada ALLAH SWT saya minta ampun atas dosa saya saya dan kepada pemirsa saya minta maaf Kisah Shahih Nabi Ismail Alaihissalam hanya allah yang mengetahuinya.
Kisah Nabi Ismail Alaihissalam - Nabi Ismail as adalah putra Nabi Ibrahim as dari istrinya yang bernama Siti Hajar. Sebenarnya Siti Hajar ialah budak pemberian dari raja mesir yang kemudian dipelihara oleh Nabi Ibrahim as. Setelah dewasa Siti Hajar dinikahi oleh Nabi Ibrahim as karena isteri nabi Ibrahim as Siti Sarah belum juga bisa memberikan keturunan sedangkan usianya sudah tua. Dari perkawinannya dengan Siti Hajar itulah Nabi Ibrahim as dikaruniai seorang putra yang diberi nama Ismail dan kemudian diangkat oleh Allah sebagai Nabi dan Rasul-Nya.
Hijrah ke Makkah
Sebagaimana kebanyakan wanita, Siti Sarah merasa cemburu dengan kedatangan Siti Hajar disisi suaminya. Meskipun tidak melarang Nabi Ibrahim as menikahi Siti Hajar tetapi ia kurang senang setelah Siti Hajar melahirkan seorang anak terlebih dahulu.Mulai saat itu siti sarah merasa bahwa suaminya lebih sering dekat kepada siti hajar, karena ia senang dengan hadirnya Nabi Ismail as. Siti sarah hatinya tidak kuat melihat suaminya lebih dekat kepada siti hajar, sehingga ia meminta Nabi ibrahim agar siti hajar dijauhkan dan berpindah tempat. Kemudian Allah yang Maha Esa menurunkan wahyu kepada Nabi Ibrahim as supaya keinginan istrinya tersebut dipenuhinya. Lalu berangkatlah Nabi Ismail as bersama Siti Hajar dan anaknya yang masih kecil sekali, yaitu Nabi Ismail as pergi ke tempat yang belum diketahui tujuannya, dan juga mau dititipkan kemana anak dan istrinya tersebut.
Nabi ibrahim bersama anak dan istrinya pergi dengan menaiki unta ke tempat yang belum jelas tujuannya, ia hanya berserah diri kepada Allah, Tuhan yang ia yakini akan menuntunnya kemana arah langkahnya. Unta yang ditunggangi tiga hamba Allah itu terus berjalan sampai akhirnya keluar dari kota, memasuki lautan pasir dan padang yang terbuka. Terik matahari begitu pedih menyengat tubuh dihiasi dengan angin yang kencang dengan debu-debu pasir yang bertebaran. Akhirnya Nabi Irabhim as bersama Nabi Ismail as dan ibunya tiba di suatu tempat setelah berminggu-minggu dalam dalam perjalanan jauh. Ia tiba dikota suci yang disebut Makkah. Ketika itu Makkah masih merupakan padang pasir yang kosong, belum ada penghuninya. Maka berdoalah Nabi Ibrahim as sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an.
بَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ
Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.
(QS: Ibrahim Ayat: 37)
Ia tiba dikota suci yang disebut Makkah, yang nantinya Ka’bah akan didirikan di kota itu, yang akan menjadi kiblat manusia di seluruh dunia. Unta Nabi Ibrahim As berhenti mengakhiri perjalanan di tempat dimana Masjidil Haram dibangun saat ini. Di tempat itulah Nabi Ibrahim as meninggalkan Siti Hajar bersama dengan Nabi Ismail as putranya, mereka ditinggal hanya dibekali dengan serantang bekal makanan dan minuman, sementara itu keadaan di sekitarnya masih belum ada tumbuh-tumbuhan, tidak ada air yang mengalir, batu dan pasir kering lah yang ada saat itu.
Menemukan Air Zam-zam
Sementara itu Nabi ibrahim juga tidak dapat menahan air mata ketika ia turun dari dataran tinggi meningalkan mekah menuju kembali ke palestina, tempat dimana istri pertamanya, siti sarah dengan punya keduanya yaitu Nabi ishak as sedang menunggu. Selama dalam perjalanan, Nabi ibrahim tidak henti-hentinya memohon perlindungan, rahmat dan barokah serta karunia dan rezeki bagi putra dan siti hajar yang ditinggalkannya di mekah yang masih sepi dan asing itu.
Siti Hajar begitu cemas dan sedih ketika Nabi Ibrahim as akan meninggalkannya seorang diri bersama anaknya yang masih kecil, di tempat yang begit sunyi senyap, tidak ada orang sama sekali, keculi hanya pasir dan batu. Seraya merintih dan meninangis, ia memegang kuat-kuat baju Nabi Ibrahim as sambil memohon belas kasihannya, meminta agar ia tidak ditinggalkan seorang diri di tempat yang begitu hampa, tdak ada seorang manusia sama sekali, tidak ada binatang, tidak ada pohon dan air mengalir pun juga tidak terlihat di tempat itu. Semenara itu ia masih bertanggung jawab untuk mengasuh anak kecil yang masih menyusu kepadanya. Mendengar keluh kesah siti hajar, tentunya Nabi Ibrahim as merasa tidak tega untuk meninggalknya ia sendiri bersama putranya yang ia sayangi tersebut di tempat yang sepi. Namun ia juga sadar bahwa apa yang dilakukannya merupakan kinginan dan perintah Allah yang maha pencipta, yang tentunya mengandung hikmah yang belum diketahuinya dan ia sadar bahwa Allah yang maha kuasa akan melindungi putra dan siti hajar di tempat sepi tersebut dari kesukaran dan penderitaaan.
Nabi Ibrahim as pun berkata kepada Siti Hajar : ”Bertawakallah kepada Allah yang telah menentukan kehendak-Nya, percayalah kepada kekuasaan-Nya dan rahmat-Nya. Dia-lah yang memerintah aku membawa kamu ke sini dan Dia-lah yang akan melindungi kamu dan menyertai kamu di tempat yang sunyi ini. Sungguh kalau bukan perintah dan wahyu-Nya, tidak sekalipun aku tega meninggalkan kamu di sini seorang diri bersama putra ku yang sangat aku cintai ini. Percayalah wahai Hajar bahwa Allah yang Maha Kuasa tidak akan menelantarkan kamu berdua tanpa perlindungan-Nya. Rahmat dan barakah-Nya akan tetap turun di atas kamu untuk selamanya. Insya-Allah”
Kisah Nabi Sebelumnya yaitu Kisah Nabi Luth Alaihissalam
Mendengar rangkaian kata dari Nabi Ibrahim as itu, Siti Hajar segera melepaskan genggamannya dari baju Nabi Ibrahim as dan dilepaskannya beliau menunggang untanya untuk kembali ke Palestina dengan iringan air mata yang bercurah membasahi tubuh Nabi Ismail as yang sedang menyusu. Selama dalam perjalanan, Nabi ibrahim tidak henti-hentinya memohon perlindungan, rahmat dan barokah serta karunia dan rezeki bagi putra dan siti hajar yang ditinggalkannya di mekah yang masih sepi dan asing itu.
Sejak Nabi Ibrahim as pergi, tinggalah Siti Hajar dan Nabi Ismail as di tempat yang sunyi dan jauh dari peradapan itu. Ia harus bisa menerima nasib yang oleh Allah telah ditakdirkan kepadanya dengan kesabaran dan keyakinan penuh bahwa Allah akan melindunginya. Sementara itu bekal dan makanan yang dibawah dalam perjalan pada akhirnya habis juga setelah dimakan beberapa hari sejak ditinggal oleh Nabi Ibrahim as. Dimulailah beratnya beban hidup yang harus ditanggungnya sendiri tanpa bantuan suaminya. Ditambah lagi ia masih punya tangggung jawab menyusui Nabi Ismail as, sedangkan susunya semakin lama semakin mengering karena kekurangan makanan. Sehingga anaknya pun menangis tak henti-hentinya karena tidak bisa minum air susu dengan puas dari Siti Hajar. Ibunya pun menjadi bingung, panik dan cemas mendengar anak yang disayanginya menangis menyayat hati. Siti Hajar menoleh ke kanan dan ke kiri, berlari ke kanan ke kiri kesana kesini untuk mencari sesuap makan atau seteguk air yang bisa meringankan kelaparan dan meredakan tangisan anaknya, namun usaha yang dilakukannya tidak membuahkan hasil.
Lalu Siti Hajar pergi ke bukti Shafa, ia berharap bisa mendapatkan sesuatu yang bisa menolongnya, namun hanya batu dan pasir yang ditemuinya di sana, lalu dari bukit Shafa itu ia melihat bayangan air yang mengalir di atas bukit Marwah, kemudian berlarilah ia ke bukti Marwah, namun setelah sampai di sana yang dikiranya air ternyata hanya bayangan atau fatamorgana belaka. Hal itu ia lakukan sampai 7 kali sehingga peristiwa berlari-larinya Siti Hajar antara bukit Shafa dan Marwah akhirnya menjadi salah satu rukun ibadah Haji yang dimanakan Sa'i. Para muslim yang menunaikan ibadah Haji diwajibkan berlari-lari kecil antara bukit Shafa dan Marwah sebanyak 7 kali.
Diriwayatkan bahwa saat itu ibu dari Nabi Ismail as ini berada dalam keadaan yang tidak berdaya dan hampir putus asa kemudian dari rahmat Allah dan pertolongan-Nya. Siti Hajar mendengar suara malaikat Jibril yang menunjuki suatu tempat dan memerintahkan agar Nabi Ismail as yang masih bayi itu diletakkan disitu. Maka diletakkannyalah oleh Siti Hajar Nabi Ismail disitu. Dengan izin Allah dari kaki nabi Ismail as yang menghentak-hentak tanah itu tiba-tiba muncul mata air yang sangat jernih dari dalam pasir dengan derasnya. Itu merupakan mata air Zam-zam yang sampai saat ini dianggap keramat oleh jemaah haji dan belum pernah kering.
Maka air itu makin lama makin berlimpah dan malaikat Jibril berkata kepada air itu : " Zamzam ! (berkumpullah !). Kemudian malaikat Jibril berkata lagi : “Hai Siti Hajar janganlah engkau takut akan kehausan di sini, karena sesungguhnya Allah menjadikan air ini untuk minuman orang-orang yang ada di dunia ini. Dan air ini akan terus mengalir dan tidak akan berhenti, dan nantinya Nabi Ibrahim as akan kembali juga ke di sini untuk mendirikan Ka’bah”.
Melihat air yang deras itu Siti Hajar begitu gembira dan lega. Lalu segeralah ia membasahi bibir puteranya dengan air keramat itu dan wajah puteranya pun segera terlihat segar lagi, begitu juga dengan Siti Hahar, wajahnya terasa segar dan ia merasa sangat bahagia dengan hadirnya mukzijat dari Allah yang mengembalikan kesegaran hidup kepadanya dan juga kepada putranya setelah sebelumnya dibayang-bayangi oleh kematian karena kelaparan.
Dengan dikeluarkannya air Zam-zam itu, datanglah burung-burung mengelilingi daerah yang ada airnya tersebut. Burung-burung kemudian menarik perhatian sekelompok bangsa arab dari suku Juhrum yang merantau dan sedang berkemah di sekitar Makkah. Mereka mengetahui dari pengalaman bahwa dia mana ada terlihat burung di udara, maka di bawahnya juga terdapat air, maka mereka mengutus beberapa orang untuk memeriksa kebenaran teori ini. Para pemeriksa itu kemudian pergi mendatangi tempat dimana Hiti hajar berada, kemudian mereka kembali kepada kaumnya dengan membawa kabar gembira mengenai adanya mata air Zamzam dan juga keadaan Siti Hajar bersama puteranya. Sejak itu, segeralah sekelompok kafilah suku Jurtum itu memindahkan perkemahannya ke tempat sekitar Zamzam, tentu saja kedatangan suku juhrum tersebut disambut dengan gembira oleh Siti Hajar karena dengan hadirnya sekolompok suku Juhrum itu bisa menghilangkan kesunyian dan kesepian yang selama ini dirasakan oleh Siti Hajar yang hanya hidup berdua dengan Nabi Ismail as saja. Siti Hajar bersyukur kepada Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang, dengan rahmat-Nya telah membuka hati orang-orang itu untuk datang meramaikan dan memecah kesunyian.
Nabi Ismail as Dikorbankan
Beberapa waktu kemudian Nabi Ibrahim as pergi ke Makkah untuk mengunjungi putranya yaiti Nabi Ismail as di tempat yang dianggapnya masih asing, untuk menghilangkan rasa rindu pada putranya yang sangat disayanginya, dan juga untuk menenangkan hatinya yang selalu risau jika mengingat keadaan puteranya bersama ibunya yang ditinggalkan di tempat yang tandus. Jauh dari masyarakat kota dan pergaulan umum.
Ketika Nabi Ismail as mencapai usia remaja, Nabi Ibrahim as mendapat mimpi bahwa ia harus menyembelih puteranya, yaitu Nabi Ismail as. Semula dikiranya itu ialah mimpi yang biasa, Namun karena mimpi itu hadir selama tiga kali berturut-turut, yakinlah ia bahwa mimpi itu memang wahyu dan perintah dari Allah. Dan mimpi seorang Nabi merupakan salah satu dari cara Allah menurunkan wahtunya kepada Nabi, jadi perintah yang diterimanya dalam mimpi itu harus dilaksanakan oleh Nabi Ibrahim as. Mengetahui perintah itu, Nabi Ibrahim as duduk dan termenung memikirkan ujian dari Allah yang begitu berat tersebut. Sebagai seorang ayah yang baru saja dikarunia seorang putera yang setelah puluhan tahun diharapkan dan didambakan, serta saat ini ia sedang penuh kebahagiaan bersama puteranya yang diharapkan bisa menjadi pewaris dan menyambung kelangsungan keturunannya, tiba tiba harus dijadikan qurban dan harus direnggut nyawanya oleh tangan ayahnya sendiri.
Tapi karena ia merupakan seorang Nabi, yang menjadi pesuruh Allah dan pembawa agama yang seharusnya menjadi contoh dan teladan bagi para pengikutnya dalam beribadah kepada Allah, menjalankan segala pernitah-Nya dan menempatkan cintanya kepada Allah di atas cintanya kepada anak, istri, harta dan benda lain-lain. Tentu ia harus melaksanakan perintah dari Allah yang diwahyukan melalui mimpinya, apapun yang akan terjadi sebagai akibat pelaksanaan perintah itu.
Dikisahkan ketika mengetahui hal itu iblis berusaha merintangi perintah Allah kepada Nabi Ibrahim as dan Nabi Ismail as, beberapa kali iblis membujuk keduanya untuk tidak melaksanakan perintah tersebut. Namun keduanya tetap melaksanakan perintah Allah. Godaan iblis yang demikian dahsyat tidak mampu untuk meruntuhkan keimanan mereka.
Sungguh amat berat ujian yang dihadapi oleh Nabi Ibrahim as, namun sesuai dengan firman Allah yang bermaksud : “Allah lebih mengetahui dimana dan kepada siap Dia mengamanatkan risalah-Nya”. Lalu Nabi Ibrahim as tidak membuang waktu lagi, berniat tetap akan menyembelih Nabi Ismail as puteranya sebagai qurban sesuai dengan perintah Allah yang telah diterimanya. Dan berangkatlah Nabi Ibrahim as menuju ke Makkah untuk menemui dan menyampaikan kepada puteranya apa yang Allah perintahkan.
Al-Qur'an menerangkan :
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَىٰ فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar".
(QS: Ash-Shaaffat Ayat: 102)
Nabi Ismail as sebagai anak yang soleh yang sangat taat kepada Allah dan bakti kepada orang tuanya, ketika Nabi Ismail as mulai besar Nabi ibrahim as berkata : “Hai anakku! Aku telah bermimpi, di dalam tidur seolah-olah saya menyembelih kamu, maka bagaimanakah pendapatmu?”
Tanpa ragu-ragu dan berpikir panjang Nabi Ismail pun menjawab perkataaan ayahnya :
“Wahai ayahku! Laksanakanlah apa yang telah diperintahkan oleh Allah kepadamu. Engkau akan menemuiku insya-Allah sebagai seorang yang sabar dan patuh kepada perintah. Aku hanya meminta dalam melaksanakan perintah Allah itu agar ayah mengikatku kuat kuat supaya aku tidak banyak bergerak sehingga menyusahkan Ayah, kedua agar menanggalkan pakaianku supaya tidak terkena darah yang akan menyebabkan berkurangnya pahalaku ketika ibuku melihatnya, ketiga tajamkanlah pedangmu dan percepatlah pelaksanaan penyembelihan agar meringankan penderitaaan dan rasa pendihku, keempat dan yang terakhir sampaikanlah salamku kepada ibuku berikanlah kepadanya pakaianku ini untuk menjadi penghiburnya dalam kesedihan dan tanda mata serta kenang-kenangan baginya dari putera tunggalnya”
Kemudian dipeluknya Nabi Ismail as dan dicium pipinya oleh Nabi Ibrahim seraya berkata :
“Bahagialah aku mempunyai seorang putera yang taat kepada Allah, bakti kepada orang tua yang ikhlas hati menyerahkan dirinya untuk melaksanakan perintah Allah”
Cerita Nabi Ismail disembelih
Saat penyembelihan yang mengerikan telah tiba. Diikatlah kedua tangan dan kaki Nabi Ismail as, dibaringkanlah ia di atas lantai, lalu diambillah parang tajam yang sudah tersedia dan sambil memegang parang ditangannya, kedua mata Nabi Ibrahim as tergenang air mata berpindah memadang dari wajah puteranya ke parang yang mengkilap di tangannya, seakan-akan pada saat itu hati beliau menjadi tempat pertarungan antara perasaan seorang ayah di satu pihak dan kewajiban seorang Rasul di satu pihak yang lain. Pada akhirnya dengan memejamkan matanya, parang diletakkan pada leher Nabi Ismail as dan penyembelihan dilakukan. Akan tetapi apa saya, parang yang sudah ditajamkan itu ternyata menjadi tumpul di leher Nabi Ismail as dan tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya dan sebagaimana diharapkan.
Kejadian tersebut merupakan suatu mukjizati dari Allah yang menegaskan bahwa perintah pengorbatan islmail itu hanya suatu ujian Nabi ibrahim as dan Nabi Ismail as sampai sejauh mana cinta dan taat mereka kepada Allah. Ternyata keduanya telah lulus dalam ujian yang sangat berat itu. Nabi ibrahim as telah menunjukkan kesetiaan yang tulus dengan pengorbanan puteranya untuk berbakti melaksanakan perintah Allah sedangkan Nabi Ismail as tidak sedikit pun ragu atau bimbang dalam melaksanakan kebaktiannya kepada Allah dan kepada orang tuanya dengan menyerahkan jiwa raganya untuk dikorbankan, sampai-sampai terjadi seketika merasa bahwa perang itu tidak mampu memotong lehernya, berkatalah ia kepada ayahnya :
“Wahai ayahku! Rupa-rupanya engkau tidak sampai hati memotong leherku karena melihat wajahku, cobalah telangkupkan aku dan laksanakanlah tugasmu tanpa melihat wajahku”.
Akan tetapi parang itu ttetap tidak berdaya mengeluarkan setitik darah pun dari daging Ismail walau telah telangkupkan dan dicoba memotong lehernya dari belakang.
Dalam keadaan bingung dan sedih hati, karena gagal dalam usahanya menyembelih puteranya, datanglah kepada Nabi Ibrahim as wahyu Allah dengan firmannya :
فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِينِ
Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya).
(QS: Ash-Shaaffat Ayat: 103)
وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ
Dan Kami panggillah dia: "Hai Ibrahim,
(QS: Ash-Shaaffat Ayat: 104)
قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيَا ۚ إِنَّا كَذَٰلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ
sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
(QS: Ash-Shaaffat Ayat: 105)
إِنَّ هَٰذَا لَهُوَ الْبَلَاءُ الْمُبِينُ
Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.
(QS: Ash-Shaaffat Ayat: 106)
وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ
Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.
(QS: Ash-Shaaffat Ayat: 107)
Allah memerintahkan Nabi Ibrahim as menyembelih seekor kambing yang telah tersedia disampingnya dan segera dipotong leher kambing itu oleh beliau dengan parang yang tumpul di leher puterangnya tadi itu. Dan inilah asal permulaan sunnah berqurban yang dilakukan oleh umat islam pada setiap hari raya Idhul Adha di seluruh dunia.
Cerita Nabi Ismail dan istrinya
Ketika Nabi Ismail as telah dewasa, ia menikah dengan seorang wanita dari suku Jurhum. Pada suatu hari ketika Nabi Ibrahim as datang ke rumah Nabi Ismail as, namun ketika itu anaknya sedang tidak berada di rumah, namun hanya istrinya yang ada di rumah. Kemudian Nabi Ibrahim as pulang karena rupaya ia tidak dterima dengan baik oleh menantunya itu. Nabi Ibrahim as minta izin pulang dengan meninggalkan pesan untuk anaknya Nabi Ismail as.
Nabi Ibrahim as berkata : “Jika suamimu datang nanti, katakanlah bahwa saya datang kemari, ceritakanlah ada orang tua sifatnya seperti ini, dan berpesan kepadanya, bahwa saya ini tidak suka kepada bawang pintu rumah ini dan minta supaya lekas ditukarnya”
Setelah Nabi Ismail tiba di rumahnya, istrinya tadi menceritakan semua pesan ayahnya kepada Nabi Ismail as. Lalu Nabi Ismail berkata kepada istrinya :
“Itulah dia ayahku (Nabi Ibrahim as) dan rupayanya engkau tidak menghiraukan dan menghormati ayahku, sekarang engkau saya cerai sebab ayahku tidak menyukai orang yang berperangai rendah”
Kemudian Nabi Ismail as menikah kembali dengan seorang wanita Jurhum lainya, dan kali ini Nabi Ibrahim as menyukai menantunya ini. Dari pernikahan dengan wanita kedua ini, Nabi Ismail as dikarunia keturunan yang banyak dan anak-anaknya menjadi pemimpin kaumnya dan mereka itu dinamakan Rab Musta’ribah
Nabi Ismail meninggal dunia pada suai 137 tahun di negeri Palestina, namun ada riwayat lain yang menyebutkan bahwa bahwa beliau meninggal di Mekah.
Nabi ibrahim dan Nabi Ismail mempunyai wasiat untuk anak cucunya, yang bunyinya sebagai berikut:
وَوَصَّىٰ بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَا بَنِيَّ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَىٰ لَكُمُ الدِّينَ فَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya´qub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam".
(QS: Al-Baqarah Ayat: 132)
Hikmah dari Kisah Nabi Ismail as :
1. Nabi Ibrahim as dan Nabi Ismail as adalah hamba-hamba pilihan Allah yang sangat patuh dan tunduk kepada Allah. Sampai-sampai ketika diminta untuk mengorbankan sesuatu yang sangat berharga keduanya tetap melaksanakan perintah Allah tersebut dengan sabar dan ikhlas.
2. Allah akan menolong hamba-hamba-Nya yang beriman dan berlaku sabar dalam melaksanakan perintah-Nya.
3. Iblis akan selalu menggoda dan menghalangi manusia dari berbuat ketaatan kepada Allah. Berdo'a dan berteguh hati adalah kunci supaya tidak tergoda dengan bisikan iblis.
sumber :http://www.aoklahpon.com/2014/09/kisah-nabi-ismail-alaihissalam-ismhael.html
Doa Kaffarah (pembersih) majlis
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ
Subhaanaka Allaahumma wa bihamdika, 'ash-hadu 'an laa 'ilaaha 'illaa 'Anta, 'astaghfiruka wa 'atoobu 'ilayka.
Maha suci Engkau Ya Allah, dengan memujiMu, aku mengaku bahawa tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Engkau. Aku memohon keampunan dan aku bertaubat kepadaMu.
(Setiap kali Rasulullah SAW duduk di suatu tempat, apabila selesai membaca Al-Quran dan selesai melakukan solat, Baginda mengakhirinya dengan membaca kalimah (Doa') ini.)
(HR :Abu Dawud, Ibn Majah, At-Tirmizi and An-Nasa'i, Ahmad 6/77)
Tag : Kisah Nabi Ismail Alaihissalam, Kisah Nabi Ismail AS, Kisah sahih nabi Ismail as, kisah 25 nabi, kisah nabi Ismail lengkap,kisah nabi Ismail dan laut mati, kisah nabi Ismail dan istrinya, kisah nabi Ismail dan kaum sodom, Kisah 25 Nabi Allah Swt, Cerita Nabi, Kumpulah Kisah 124000 Nabi, Kisah Sahabat R.A, Kisah Sahabiyah Siti Khadijah
0 komentar