بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيم
Hadits Keutamaan Bulan Ramadhan Lengkap |
Hadits Keutamaan Bulan Suci Ramadhan Lengkap - السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Segala puji bagi Allah, shalawat serta salam semoga terlimpah ke atas utusan terpilih, Muhammad saw. Dalam risalah ini, saya ketengahkan beberapa terjemahan hadits mengenai bulan ramadhan yang penuh berkah. Nabi Muhammad saw sebagai rahmatan lil ‘alamin telah menjelaskan kepada kaum muslimin mengenai keutamaan setiap amalan. Cara menghargai dan mensyukurinya adalah dengan mengamalkannya secara sungguh-sungguh. Sayang karena kelemahan semangat kita dalam menjalankan agama, kita sering melalaikan keutamaan-keutamaan tersebut dan tidak benar-benar memperhatikannya.
Tujuan saya ( Maulana Zakariyya ) menuliskan beberapa hadits mengenai Ramadhan di dalam risalah ini adalah agar para hafizh Al Qur’an yang mengimami shalat tarawih dan alim ulama yang bersemangat tinggi terhadap agama dapat menyampaikan isi lembaran-lembaran ini di masjid-masjid atau majelis-majelis pada awal-awal bulan Ramadhan. Sehingga dalam bulan yang penuh berkah ini tidak mustahil rahmat Allah dan melalui berkah kalam-Nya, dapat membuat kita lebih bertawajuh kepada-Nya dan dapat meningkatkan amal shalih kita, serta mengurangi amal buruk kita. Rasulullah saw bersabda,” “ Jika ada seseorang, dengan sebab dirimu memperoleh hidayah, maka itu lebih baik dan lebih utama daripada mendapatkan unta merah.”
Ramadhan adalah kenikmatan dari Allah swt yang sangat agung bagi kaum muslimin, selama nikmat tersebut dihargai. Jika tidak, bulan Ramadhan akan datang dan pergi begitu saja tanpa ada manfaat apapun. Sebuah hadits menyebutkan,” Seandainya manusia mengetahui tentang bulan Ramadhan, niscaya ummatku akan berharap agar setahun penuh menjadi bulan Ramadhan.” Setiap orang tentu memahami betapa sulitnya jika setahun penuh berpuasa. Namun, jika kesulitan itu dibandingkan dengan pahala bulan Ramadhan, Rasulullah saw bersabda,”..niscaya ummatku akan mengharapkan setahun penuh menjadi bulan Ramadhan.”
Diriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda,” Berpuasa pada bulan Ramadhan dan tiga hari setiap bulan, akan menjauhkan pikiran jahat dan rasa was-was di dalam hati.” Sehingga pernah ketika para shahabat r.hum dalam suatu perjalanan jihad di bulan Ramadhan, mereka tetap berpuasa, padahal Rasulullah saw berkali-kali membolehkan mereka untuk berbuka. Akhirnya terpaksa Beliau melarang mereka untuk berpuasa. Di dalam Shahih Muslim disebutkan sebuah hadits bahwa dalam suatu pertempuran, para shahabat r.hum tiba di suatu tempat. Ketika itu cuaca sangat panas. Karena kemiskinan mereka, seluruh shahabat r.hum tidak memiliki kain untuk berlindung dari terik matahari. Banyak di antara mereka yang menggunakan tangan mereka untuk berlindung dari panas matahari. Meskipun demikian, mereka tetap berpuasa sehingga banyak di antara mereka yang menjadi lemah tidak mampu berdiri, bahkan ada yang sampai terjatuh. Ada lagi sekelompok shahabat r.hum yang berpuasa sepanjang tahun.
Banyak sekali hadits Nabi saw yang menyebutkan tentang keutamaan bulan Ramadhan, dan saya tidak mungkin menuliskan seluruhnya di sini”.
Untuk itu, dalam risalah ini, saya cukup mengutip dua puluh satu hadits yang dibagi menjadi 3 Bab.
Semoga Allah swt dengan kemulian-Nya dan melalui berkah kekasih-Nya mengabulkan usaha ini dan melimpahkan taufiknya kepada saya dan anda semua. Amin.
1. Bulan Al-Qur’an
Allah menurunkan kitab-Nya yang mulia sebagai petunjuk bagi manusia, obat bagi kaum mukminin, membimbing kepada yang lebih lurus, menjelaskan jalan petunjuk. (Al-Qur’an) diturunkan pada malam Lailatul Qadar, suatu malam di bulan Ramadhan. Allah berfirman :
شَہۡرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِىٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلۡقُرۡءَانُ هُدً۬ى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَـٰتٍ۬ مِّنَ ٱلۡهُدَىٰ وَٱلۡفُرۡقَانِۚ فَمَن شَہِدَ مِنكُمُ ٱلشَّہۡرَ فَلۡيَصُمۡهُۖ وَمَن ڪَانَ مَرِيضًا أَوۡ عَلَىٰ سَفَرٍ۬ فَعِدَّةٌ۬ مِّنۡ أَيَّامٍ أُخَرَۗ يُرِيدُ ٱللَّهُ بِڪُمُ ٱلۡيُسۡرَ وَلَا يُرِيدُ بِڪُمُ ٱلۡعُسۡرَ وَلِتُڪۡمِلُواْ ٱلۡعِدَّةَ وَلِتُڪَبِّرُواْ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَٮٰكُمۡ وَلَعَلَّڪُمۡ تَشۡكُرُونَ“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya, dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur” (Al-Baqarah : 185)
Ketahuilah saudaraku -mudah-mudahan Allah memberkatimu- sesungguhnya sifat bulan Ramadhan adalah sebagai bulan yang diturunkan padanya Al-Qur’an, dan kalimat sesudahnya dengan huruf ف (fa) yang menyatakan illat dan sebab : “Barangsiapa yang melihatnya hendaklah berpuasa” memberikan siyarat illat (penjelas sebab) yakni sebab dipilihnya Ramadhan adalah karena bulan tersebut adalah bulan yang diturunkan padanya Al-Qur’an.
2. Dibelenggunya Syaithan, Ditutupnya Pintu-pintu Neraka dan Dibukanya Pintu-pintu Surga
Pada bulan ini kejelekan menjadi sedikit, karena dibelenggu dan diikatnya jin-jin jahat dengan salasil (rantai), belenggu dan ashfad. Mereka tidak bisa bebas merusak manusia sebagaimana bebasnya di bulan yang lain, karena kaum muslimin sibuk dengan puasa hingga hancurlah syahwat, dan juga karena bacaan Al-Qur’an serta seluruh ibadah yang mengatur dan membersihkan jiwa. Allah ta'aala berfirman :
Maka dari itu ditutupnya pintu-pintu jahanam dan dibukanya pintu-pintu surga, (disebabkan) karena (pada bulan itu) amal-amal shaleh banyak dilakukan dan ucapan-ucapan yang baik berlimpah ruah (yakni ucapan-ucapan yang mengandung kebaikan banyak dilafadzkan oleh kaum mukminin-ed).
يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُتِبَ عَلَيۡڪُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِڪُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ“Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa” (Al-Baqarah : 183)
Rasulullah sholallohu'alaihi wasallam bersabda:
“Jika datang bulan Ramadhan, maka dibukalah pintu-pintu surga (dalam riwayat Muslim :”Dibukalah pintu-pintu rahmat) dan ditutup pintu-pintu neraka dan dibelenggu syetan” (Hadits Riwayat Bukhari 4/97 dan Muslim 1079)Semuanya itu sempurna di awal bulan Ramadhan yang diberkahi, berdasarkan sabda Rasulullah sholallohu'alaihi wasallam:
“Jika datang awal malam bulan Ramadhan, diikatlah para syetan dan jin-jin yang jahat, ditutup pintu-pintu neraka, tidak ada satu pintu-pintu yang dibuka, dan dibukalah pintu-pintu surga, tidak ada satu pintu-pun yang tertutup, berseru seorang penyeru ; “Wahai orang yang ingin kebaikan lakukanlah, wahai orang yang ingin kejelekan kurangilah. Dan bagi Allah mempunyai orang-orang yang dibebaskan dari neraka, itu terjadi pada setiap malam” (Diriwayatkan oleh Tirmidzi 682 dan Ibnu Khuzaimah 3/188 dari jalan Abi Bakar bin Ayyasy dari Al-A’masy dari Abu Hurairah. Dan sanad hadits ini Hasan)3. Malam Lailatul Qadar
Engkau telah mengetahui, wahai hamba yang mukmin, bahwa Allah subhanahu wa ta'aala memilih bulan Ramadhan karena diturunkan padanya Al-Qur’an, dan mungkin untuk mengetahui hal ini dibantu qiyas dengan berbagai macam cara, diantaranya :
Hari yang paling mulia di sisi Allah adalah pada bulan diturunkannya Al-Qur’an hingga harus dikhususkan dengan berbagai macam amalan.
Sesungguhnya jika satu nikmat dicapai oleh kaum muslimin, mengharuskan adanya tambahan amal sebagai wujud dari rasa syukur kepada Allah. Hal ini berdasarkan firman Allah setelah menceritakan sempurnanya nikmat bulan Ramadhan :
“Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya, dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur” (Al-Baqarah : 185).
Dan juga firman Allah subhanahu wata'aala setelah selesai (menyebutkan) nikmat haji (yang artinya) :
فَإِذَا قَضَيۡتُم مَّنَـٰسِكَڪُمۡ فَٱذۡڪُرُواْ ٱللَّهَ كَذِكۡرِكُمۡ ءَابَآءَڪُمۡ أَوۡ أَشَدَّ ذِڪۡرً۬اۗ فَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَقُولُ رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِى ٱلدُّنۡيَا وَمَا لَهُ ۥ فِى ٱلۡأَخِرَةِ مِنۡ خَلَـٰقٍ۬“Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu, maka berdzikirlah (dengan menyebut) Allah. Sebagaiman kamu menyebut-nyebut (membangga-banggakan) nenek moyangmu, atau (bahkan) berdzikir lebih banyak dari itu” (Al-Baqarah : 200)Hadits ke-1
Dari Salman r.a. ia berkata,” Pada akhir bulan Sya’ban, Rasulullah saw berkhutbah kepada kami. Beliau bersabda,’ Wahai manusia, telah dekat kepadamu bulan yang agung lagi penuh berkah. Bulan yang di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Bulan yang di dalamnya Allah menjadikan puasa sebagai fardhu dan bangun malam sebagai sunnah. Barangsiapa mendekatkan dirinya dengan beramal sunnah, maka ( pahalanya ) sama seperti orang yang beramal fardhu di bulan lainnya. Dan barangsiapa beramal fardhu di dalamnya, maka pahalanya seperti orang yang beramal tujuh puluh amalan fardhu pada bulan lainnya. Inilah bulan kesabaran, dan pahala sabar adalah surga. Inilah bulan kasih sayang, bulan saat rezeqi seorang mukmin ditambah.
Barangsiapa memberi makanan berbuka kepada orang yang berpuasa, maka itu menjadi ampunan bagi dosa-dosanya dan mendapatkan pahala yang sama tanpa mengurangi pahala orang ( yang diberi makanan buka ) itu sedikitpun’. Mereka berkata, ‘ Ya Rasulullah, tidak setiap kami memiliki makanan untuk diberikan kepada orang yang berbuka puasa.’ Beliau bersabda, ‘Allah memberi pahala kepada orang yang memberikan makanan untuk berbuka puasa, meskipun sebutir kurma, seteguk air, atau sesisip susu. Inilah bulan yang awalnya penuh rahmat, tengahnya penuh ampunan, dan di akhirnya adalah kebebasan dari api neraka.
Barangsiapa meringankan beban hamba-hamba sahayanya pada bulan itu, maka Allah akan mengampuninya dan membebaskannya dari api neraka. Perbanyaklah empat amalan pada bulan itu. Dua di antaranya menyenangkan Tuhannya, dan dua lainnya kamu pasti akan memerlukannya. Adapun dua perkara yang dengannya kamu akan menyenangkan Tuhanmu adalah: Bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan kamu memohon ampunan-Nya. Dan dua perkara yang pasti kamu akan memerlukannya adalah: kamu memohon surga kepada Allah dan kamu berlindung kepada-Nya dari api neraka. Barangsiapa memberi minum kepada orang yang berpuasa, maka Allah akan memberinya seteguk minum dari telagaku yang ia tidak akan haus hingga ia masuk surga.” ( Hadits Riwayat Ibnu Khuzaimah, Baihaqi, Ibnu Hibban )
Penjelasan
Hadits di atas menjadi pembahasan para ahli hadits dikarenakan kelemahannya ( dhaoif ). Namun karena hadits ini mengenai fadhilah amal, maka kelemahan seperti itu masih dapat diterima. Di samping itu, juga karena hadits ini diperkuat dengan hadits-hadits lainnya, maka hadits ini dapet diterima.
Ada beberapa hal yang dapat kita ketahui dari hadits di atas. Pertama, betapa besar perhatian Nabi saw, sehingga secara khusus beliau berkhutbah pada akhir bulan Sya’ban, menasehati dan memperingatkan manusia agar jangan melalaikan bulan Ramadhan walaupun hanya sedetik. Dalam nasehatnya, Beliau menjelaskan dengan panjang lebar keutamaan bulan Ramadhan, kemudian memberi petunjuk yang penting untuk diperhatikan. Antara lain, hakikat Lailatul Qadar sebagai malam yang sangat penting. Penjelasannya akan dipaparkan dalam bab tersendiri nanti.
Rasulullah saw bersabda bahwa Allah telah mewajibkan puasa pada bulan Ramadhan. Dan Allah telah menjadikan qiyam, yaitu shalat tarawih sebagai sunnah. Juga dapat diketahui bahwa shalat tarawih telah diperintahkan langsung oleh Allah swt. Adapun riwayat-riwayat yang menerangkan bahwa Rasulullah saw menisbatkan tarawih pada dirinya, maksudnya sebagai penguat perintah Allah swt radi, sehingga para imam madzhab sepakat bahwa shalat tarawih adalah sunnah. Dan tertulis di dalam kitab Al Burhan, bahwa tidak ada seorangpun di kalangan kaum muslimin yang menolak kesepakatan itu kecuali kaum Rawafidh ( Syi’ah ). Syaikh Maulana Syah Abdul Haq Muhaddits Dehlawi rah.a dalam kitab Ma Tsabata bis-Sunnah telah menulis dari beberapa kitab fiqh bahwa jika suatu masyarakat kota meninggalkan shalat tarawih, maka pemerintahnya harus memerangi mereka.
Ada satu hal penting yang perlu diperhatikan, bahwa pada umumnya orang-orang berpendapat bahwa hanya dengan mendengarkan bacaan Al Qur’an di masjid selama delapan atau sepuluh hari, itu telah mencukupi, lalu amalan tersebut dapat ditinggalkan. Masalah ini perlu diteliti kembali, sebab sebenarnya ada dua sunnah yang berbeda dalam masalah ini:
1. Mendengar atau membaca seluruh Al Qur’an di dalam shalat tarawih adalah ketetapan sunnah.
2. Shalat tarawih pada setiap malam Ramadhan adalah sunnah.
Dengan demikian jelaslah bahwa apabila mereka mendengarkan hafalan Al Qur’an hanya beberapa hari kemudian mereka meninggalkannya, berarti mereka mengamalkan satu sunnah dan meninggalkan yang lainnya.
Bagi orang yang sedang bepergian atau keadaannya sulit untuk menunaikan shalat tarawih di suatu tempat, maka lebih baik ia mendengarkan Al Qur’an selama beberapa hari pada awal Ramadhan, sehingga tidak mengurangi bacaan Al Qur’annya. Jika ada kesempatan untuk menunaikan shalat tarawih di mana saja, hendaknya ia melakukannya, sehingga ( menghafal ) Al Qur’an dapat terlaksana dan pekerjaan kita pun tidak terbengkalai.
Setelah Rasulullah saw menjelaskan mengenai puasa dan tarawih, beliau menganjurkan agar menunaikan ibadah fardhu dan sunnah-sunnah lainnya. Pahala mengamalkan satu sunnah di bulan Ramadhan sama dengan pahala beramal wajib di luar Ramadhan. Dan pahala menunaikan satu amalan wajib di bulan Ramadhan, setara dengan mengamalkan tujuh puluh amalan wajib di luar bulan Ramadhan. Berkenaan dengan hal ini, kita hendaknya memikirkan keadaan ibadah kita. Dalam bulan keberkahan ini, hendaknya kita berpikir, sejauh manakah perhatian kita dalam menyempurnakan kewajiban dan menambah amalan sunnah. Perhatian kita terhadap amalan fardhu pada saat ini adalah demikian: kebanyakan di antara kita meneruskan tidur setelah makan sahur, sehingga mengqadha shalat shubuh, setidak-tidaknya tertinggal shalat shubuh berjamaah. Seolah-olah inilah syukur kita, ibadah wajib yang sangat perlu diperhatikan malah kita qadha’ atau paling tidak kita menguranginya. Padahal, para ahli ushul berpendapat bahwa shalat tanpa berjamaah adalah suatu kekurangan, bahkan Nabi saw bersabda bahwa seolah-olah tidak sah shalat mereka yang tinggal di sekitar masjid, kecuali di masjid.
Tertulis di dalam Mazhahiril Haq bahwa barangsiapa shalat tidak berjamaah tanpa suatu udzur, maka kewajiban shalatnya sudah terpenuhi, namun pahala shalatnya tidak ia dapatkan. Demikian juga pada saat shalat maghrib. Biasanya, ketika itu orang-orang sedang sibuk berbuka puasa, sehingga tidak perlu dibicarakan lagi orang-orang yang tertinggal rakaat pertama atau takbir pertama. Dan masih ada banyak kelalaian kita lainnya. Pada siang hari, banyak di antara kita yang qailulah atau tidur siang, dengan beralasan tidur di bulan Ramadhan pun termasuk ibadah, namun akhirnya tidak shalat Dzuhur berjamaah. Sedangkan pada waktu ashar, juga tertinggal shalat Ashar berjamaah dikarenakan terlalu sibuk menyiapkan hidangan buat ifthor aau berbuka puasa. Beginilah keadaan mayoritas kaum muslimin dalam bulan yang suci dan penuh berkah ini. Begitu terus, selalu berulang dari Ramadhan satu ke Ramadhan yang lain.
Itulah yang semestinya kita pikirkan, sejauh manakah kita menunaikan kewajiban-kewajiban kita pada bulan Ramadhan yang mulia ini. Jangan sampai kita tidak mengetahui prioritas dalam beramal. Jika yang fardhu atau wajib saja begitu sulit untuk diamalkan, bagaimana dapat mengamalkan yang sunnah? Shalat Isyraq dan dhuha pada bulan Ramadhan sering kita tinggalkan karena tidur. Apalagi shalat awwabin, karena sibuk berbuka dan khawatir dengan shalat tarawih yang panjang, akhirnya shalat awwabin ditinggalkan. Bagitu pula pada waktu sahur, kebanyakan kita kehilangan kesempatan untuk mendirikan shalat Tahajud, sebab terlampau sibuk untuk mempersiapkan menu sahur, dan juga karena begitu banyak makanan yang kita santap, disebabkan kekhawatiran yang berlebihan kita akan lemah dan kelaparan saat berpuasa di waktu siang. Apabila demikian, kapankah ada kesempatan untuk memperbanyak amalan sunnah? Semua ini terjadi dan senantiasa terjadi berulang-ulang, disebabkan kita semua tidak memperhatikan Ramadhan dengan sungguh-sungguh. Atau bahkan barangkali karena memang tidak ada keinginan untuk mengamalkannya.
Seperti kata sebuah syair: “ Jika tidak ada kemauan, beribu-ribu alasan dapat engkau kemukakan.”
Meskipun demikian, betapa masih banyak hamba-hamba Allah SWT yang sempat memanfaatkan kesempatan yang sangat bernilai ini. Seperti halnya yang dilakukan oleh seorang ulama besar yaitu Syaikh Khalil Ahmad ( Guru Maulana Zakariyya ), yang meski telah berusia lanjut, di bulan Ramadhan, beliau terbiasa membaca dan memperdengarkan satu seperempat juz Al Qur’an dalam sholat nafil/ sunnah setelah maghrib. Lepas itu, beliau hanya menghabiskan waktu setengah jam untuk makan, dan selebihnya ia menyibukkan diri kembal dengan amalan-amalan, sholat isya dan solat tarawih yang paling sedikit beliau jalankan selama 2 jam. Beliau hanya tidur 2 atau 3 jam, dan kemudian bangun tahajjud. Setengah jam sebelum shubuh, beliau makan sahur. Lepas shubuh, beliau kembali menyibukkan diri dengan amalan dan menulis kitab. Begitulah keseharian beliau di dalam bulan Ramadhan. Dan masih banyak lagi, ulama-ulama sholeh yang memiliki kebiasaan seperti itu. Mereka berusaha sekuat tenaga untuk memanfaatkan setiap moment-moment Ramadhan dengan amalan-amalan dan ibadah –badah nafilah, dan tidak akan membiarkan sedikitpun waktu yang terlewat dengan perbuatan sia-sia.
Maksud diceritakannya amalan para ulama tersebut dalam menghabiskan bulan Ramadhan ini bukan sekedar untuk bahan bacaan/ cerita, tetapi bertujuan untuk mendorong/ memotivasi kita agar mengikuti mereka sesuai kemampuan yang ada. Betapa beruntung orang yang tidak bergantung dengan kesibukan dunia dan berusaha memperbaiki kehidupannya dalam bulan ini, setelah melewati sebelas bulan lainnya dengan sia-sia. Bagi orang yang terbiasa bekerja dari jam 08.00 hingga pukul 16.00, tentu tidak akan memberatkan jika di bulan Ramadhan ini, dari lepas shubuh hingga pukul 08.00- waktunya digunakan untuk membaca Al Qur’an. Meskipun sibuk dengan urusan dunia, kita tetap memiliki waktu untuk membaca Al Qur’an. Demikian pula dengan profesi-profesi yang lain, jika disertai dengan kemauan, keikhlasan dan kegembiraan, maka tidak ada halangan untuk tetap membaca Al Qur’an di sela-sela kesibukan bekerja. Karena bagaimanapun, ada hubungan yang amat erat antara Raadhan dengan Al Qur’an.
Perlu diketahui bahwa hampir semua Kitabullah diturunkan pada bulan Ramadhan. Begitu pula dengan Al Qur’an, telah diturunkan dari Lauhul Mahfuzh ke langit dunia pada bulan Ramadhan. Lalu diturunkan secara berangsur-angsur menurut kejadiannya dalam masa kurang lebih 23 tahun.. Selain itu, Ibrahim A.S. telah menerima Shuhufnya ( kitab suci ) pada tanggal 1 atau 3 Ramadhan. Nabi Dawud A.S. menerima Kitab Zabur pada tanggal 12 atau 18 Ramadhan. Musa A.S. menerima Taurat pada hari ke-6. Dan Nabi Isa A.S. menerima Kitab Injil pada hari ke-12 atau 13 Ramadhan. Dari sini dapat diketahui adanya hubungan yang sangat erat antara kitab-kitab Allah dengan Ramadhan. Oleh karena itu, hendaknya kita membaca Al Qur’an sebanyak mungkin pada bulan ini. Seperti itulah kebiasaan para waliyullah. Malaikat Jibril A.S. pun membacakan seluruh Al Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW pada bulan Ramadhan. Riwayat lain menyatakan bahwa Nabi Muhammad SAW yang membaca Al ur’an dan Jibril menyimaknya.
Dengan menggabungkan riwayat-riwayat tersebut, para ulama menyatakan bahwa mustahab ( sangat dianjurkan ) membaca Al Qur’an dengan cara seperti itu ( seorang membaca, yang lain mendengarkan secara bergantian. Bacalah Al Qur’an kapan saja ada kesempatan, dan waktu yang lain jangan disia-siakan.
Di akhir hadits di atas, Rasulullah SAW menganjurkan empat ( 4 ) hal agar kita mengamalkannya sebanyak mungkin pada bulan Ramadhan, yaitu membaca kalimat Thoyyibah, Istighfar, berdoa memohon agar dimasukkan ke dalam surga dan berlindung dari jahannam. Dengan demikian, kapan saja ada waktu luang, anggaplah itu sebagai sebuah kebahagiaan untuk beramal. Apa sulitnya kita membiasakan lidah dengan bersholawat atau mengucapkan kalimat Thayyibah ( Laa ilaaha illallohu ) dalam kesibukan sehari-hari ? Kata-kata itu kelak akan senantiasa terbiasa dalam lisan kita.
Kemudian Rasulullah saw bersabda tentang keutamaan dan adab bulan Ramadhan. Pertama; bulan Ramadhan adalah bulan kesabaran. Oleh sebab itu, walaupun mengalami kesulitan berpuasa, hadapilah dengan riang dan sabar. Jangan berkeluh kesah. Jika tertinggal makan sahur, tetaplah berpuasa setelah shubuh. Lalu jika merasa letih ketika sholat tarawih, bersabarlah dengan tetap penuh kegembiraan, jangan menganggapnya sebagai suatu musibah karena hal itu akan menghilangkan pahalanya. Jika untuk mendapatkan keduniaan saja kita sanggup menahan lapar dan haus, mengapa kita tidak mampu menahan sedikit kesulitan untuk mencari ridha Allah ?
Kedua; bahwa bulan ini adalah bulan kasih sayang, yaitu meningkatkan bantuan kepada kaum fakir miskin. Jika ada sepuluh makanan yang disediakan untuk kita berbuka, maka sekurang-kurangnya tiga atau empat bagian dari makanan itu disisihkan untuk fakir miskin. Jika kita tidak dapat memberikan yang lebih baik dari yang kita makan, paling tidak kita berikan yang sama dengan yang kita makan. Berapapun kemampuan kita, sisihkanlah sebagian makanan berbuka dan bersahur kita untuk diberikan kepada fakir miskin.
Dalam setiap urusan, para shahabat r.hum merupakan contoh nyata bagi kita. Keteladanan amal shalih mereka telah terbuka untuk kita ikuti. Terdapat ratusan bahkan ribuan peristiwa pada diri mereka yang dapat membuat diri kita kagum.
Disebutkan dalam Kitab Ruhul Bayan bahwa Imam Suyuthi rah.a dalam Jami’ush Shaghir dan As Sakhaway dalam Kitab Al Maqashidnya terdapat riwayat dari Ibnu Umar r.huma bahwa Rasulullah saw bersabda,” Di antara ummatku, senantiasa ada lima ratus ( 500 ) orang pilihan dan empat puluh ( 40 ) orang Wali Abdal. Jika salah seorang di antara mereka meninggal dunia, maka akan langsung ada penggantinya.” Para shahabat r.hum bertanya, “ Apakah amalan istimewa mereka?” Beliau bersabda,” Mereka memaafkan para penzhalim, bermua’malah dengan baik walaupun dengan ahli maksiat dan berbagi kasih sayang dalam rezeqi yang mereka terima.” Hadits lain menyebutkan,” Barangsiapa memberi makan kepada orang yang lapar, memberi pakaian kepada orang yang telanjang, dan memberi tempat bermalam kepada musafir, Allah akan menyelamatkannya dari ketakutan pada hari kiamat.”
Yahya Barmaki rah.a. biasa memberikan seribu dirham kepada Sufyan Ats Tsauri rah.a. setiap bulannya. Lalu Sufyan Ats Tsauri rah.a. bersujud kepada Allah dan berdoa,” Ya Allah, Yahya telah mencukupi keperluan duniaku, maka melalui rahmat-Mu yang besar, cukupilah kebutuhannya di akhirat.” Dan setelah Yahya rah.a. meninggal dunia, ketika orang-orang melihatnya di dalam mimpi, mereka bertanya kepadanya,” Bagaimana keadaanmu?” Yahya rah.a. menjawab,” Melalui doa Sufyan, Allah telah mengampuni dosa-dosaku.”
Selanjutnya Rasulullah saw bersabda tentang keutamaan memberi makan kepada orang yang berbuka puasa. Sebuah hadits meriwayatkan bahwa selama bulan Ramadhan, para malaikat memohonkan rahmat bagi orang yang memberi makan kepada orang yang berbuka puasa dari nafkahnya yang halal. Dan pada malam Lailatul Qadr, Jibril a.s. akan berjabat tangan dengannya. Dan barangsiapa berjabat tangan dengan Jibril a.s. ( tanda-tandanya adalah ) hatinya menjadi lembut, dan air matanya akan mudah mengalir. Hamad bin Salamah rah.a adalah seorang muhaddits yang masyhur. Ia biasa memberi makan ketika ifthar ( berbuka puasa ) setiap hari kepada lima puluh ( 50 ) orang yang berpuasa pada bulan Ramadhan. “ ( Ruhul Bayan ).
Setelah Nabi bersabda tentang keutamaan ifthar, lalu beliau menyatakan bahwa bagian pertama bulan Ramadhan adalah masa diturunkannya rahmat. Maksudnya, Allah SWT menurunkan Rahmat-Nya secara umum kepada kaum muslimin. Jika mereka mensyukuri nikmat itu, maka nikmat untuk mereka akan ditambah. Allah SWT berfirman:
“ Apabila kamu mensyukuri nikmat-Ku, pasti Aku akan tambah nikmat-Ku kepadamu.”
Bagian pertengahan bulan Ramadhan adalah masa diturunkannya ampunan sebagai balasan dan penghormatan terhadap puasa yang telah dilakukan pada bagian pertama. Dan bagian ketiga adalah masa pembebasan dari api neraka. Masih banyak hadits-hadits lainnya yang menyebutkan tentang pembebasan dari api neraka pada akhir bulan Ramadhan. Menurut Maulana Zakariyya, bulan Ramadhan terbagi menjadi tiga bagian, yakni rahmat, maghfirah dan kebebasan dari api neraka. Pada umumnya manusia terbagi menjadi tiga golongan; 1> Orang yang tidak mempunyai beban dosa, sehingga semenjak awal bulan Ramadhan merupakan curahan hujan rahmat dan nikmat bagi mereka. 2> Orang-orang yang kadar dosanya ringan. Mereka menerima ampunan dari Allah setelah beberapa hari berpuasa. Sebagai berkah dan balasan terhadap puasa mereka, dosa-dosa mereka diampuni pada bulan Ramadhan. 3> Orang-orang yang berdosa besar. Bagi mereka, ampunan akan datang, setelah berpuasa lebih lama pada bulan Ramadhan. Bagi mereka yang telah memperoleh rahmat Allah semenjak permulaan dan dosa-dosa mereka diampuni, maka tidak perlu ditanyakan lagi berapa banyak rahmat bercucuran ke atas mereka. ( Wallohu a’lam ).
Selanjutnya Nabi memberi semangat kepada para shahabatnya, bahwa majikan hendaknya bersikap baik kepada para pembantu mereka selama bulan Ramadhan, karena bagaimanapun juga, mereka sedang berpuasa. Banyaknya beban pekerjaan yang diberikan kepada mereka akan menyulitkan puasa mereka. Apabila pekerjaan terlalu banyak dan berat, mengapa tidak menambah jumlah pekerja? Hal tersebut hanya berlaku bila pembantu sedang berpuasa. Sedangkan jika pembantu tidak sedang berpuasa, maka tidak ada perbedaan baginya antara bulan Ramadhan dengan bulan lainnya. Adalah suatu kezaliman dan sangat tidak berperasaan jika majikan sendiri tidak berpuasa, lalu tanpa rasa malu ia membebani tugas yang berat kepada para pekerjanya yang sedang berpuasa. Bahkan jika pekerjaan menjadi terbengkalai karena puasa dan sholat, mereka akan dimarahi oleh tuannnya.
“ Dan orang-orang yang berbuat zalim akan mengetahui ke tempat manakah mereka akan dikembalikan ( yaitu neraka jahannam).” ( QS Asy Syu’araa 227 )
Kemudian Rasulullah memerintahkan, agar kita memperbanyak empat amalan pada bulan Ramadhan:
1. Memperbanyak mengucapkan kalimat Thayyibah. Sebagaimana telah disebutkan di beberapa hadits bahwa kalimat tersebut merupakan dzikir yang paling utama. Di dalam Kitab Misykat, Abu Sa’id Al Khudri r.a., meriwayatkan, “ Suatu saat, Nabi Musa a.s. berdoa kepada Allah, “ Ya Allah, berilah kepadaku suatu doa yang dengannya aku dapat mengingat-Mu dan berdoa kepada-Mu.” Lalu Allah memerintahkannya agar mengucapkan kalimat Laa ilaaha illallohu. Musa a.s. berkata, “ Yaa Allah, kalimat ini telah dibaca oleh semua hamba-Mu. Aku menginginkan kalimat yang khusus.” Allah SWT berfirman,” Hai Musa, apabila tujuh lapis langit beserta isinya selain Aku, dan tujuh lapis bumi beserta isinya, diletakkan di atas suatu timbangan dan kalimat ini diletakkan di atas timbangan yang lain, maka kalimat ini akan lebih berat.”
Hadits lain menyebutkan,” Barangsiapa mengucapkan kalimat ini dengan ikhlas, maka pintu-pintu langit akan terbuka dan tidak ada yang dapat menghalanginya hingga menuju arsy Allah.” Syaratnya adalah, orang yang mengucapkan kalimat itu menjauhi dosa-dosa besar.
2. Memperbanyak istighfar. Banyak hadits yang meriwayatkan tentang keutamaan istighfar. Sebuah hadits menyebutkan,” Barangsiapa beristighfar sebanyak-banyaknya, maka Allah akan membukakan jalan keluar untuknya dari semua kesulitannya dan akan membebaskannya dari segala duka cita. Dan ia akan memperoleh rezeqi dari arah yang tidak disangka-sangka.” Dalam riwayat yang lain, Nabi saw bersabda,” Setiap orang berbuat dosa. Tetapi sebaik-baik orang yang berdosa ialah yang selalu bertaubat.” Jika seseorang berbuat dosa, maka sebuah titik hitam akan melekat di hatinya. Namun jika ia bertaubat, maka titik hitam itu akan lenyap. Jika tidak bertaubat, maka titik hitam itu akan tetap tertera di sana.”
3. Perbanyak doa memohon surga.
4. Berlindung dari api neraka jahannam.
Semoga Allah SWT mencurahkan rahmat-Nya kepada kita semua.
hadits tentang puasa ramadhan dan keutamaannya, kumpulan hadits puasa ramadhan, hadits tentang puasa ramadhan beserta artinya, hadits pendek tentang puasa, hadits tentang puasa ramadhan dalam bahasa arab, hadits shahih tentang puasa ramadhan, hadits tentang puasa sunnah, hadits tentang puasa itu sehat
0 komentar